Jangan Terpana Pandangan Mata Terhadap Duniawi
9:39 PM |
Label:
Kajian Islam
Bila semangat orang yang menuju Allah terhenti pada sebahagian yang dibukakan baginya, suara-suara hakikat akan memperingatkan, “Yang engkau cari masih di depan!” maka jangan berhenti sampai di situ. Begitu pula bila tampak keindahan duniawi, hakikat akan memperingatkanmu, “Kami hanyalah batu ujian, tidak lebih dari suatu fitnah, maka jangan percaya kepadaku!”
Jika kita menempuh ‘ilmu pengetahuan tentang ma‘rifat dan mengamalkannya, tidak menutup kemungkinan akan merasakan dan menjumpai pengalaman-pengalaman batin; pengalaman indera keenam. Pengalaman indera keenam itu misalnya terbukanya tabir sehingga dapat menyingkap perkara-perkara ghaib. Yang mana perkara ghaib itu tidak pernah dialami dan dirasakan oleh orang awam.
Apabila merasakan karamah yang demikian, maka janganlah kita berhenti sampai di situ. Jangan kemudian berasa diri ini sudah sampai pada puncak ma‘rifat.
Sebab perasaan dan pengalaman indera keenam seperti merupakan batu ujian bagi orang yang menempuh jalan ma‘rifat dan yang menuju kepada Tuhannya. Bila hati kita masih kotor dan indera keenam masih tumpul, tentu kita berasa puas.
Namun tidak demikian bagi orang yang mata hatinya berjaga-jaga, ia seakan-akan dibisiki oleh suara hakikat, “Teruskan perjalananmu dalam menempuh ma‘rifat.” Sesungguhnya keajaiban yang tersingkap itu baru sebahagian kecil. Maka seseorang diharapkan untuk selalu meningkatkan ‘amal ibadah dan menempuh jalan itu.
Godaan juga sangat berat dan mematahkan cita-cita orang yang ingin menempuh jalan ma‘rifat adalah jika ia mengalami kemudahan-kemudahan dalam urusan duniawi. Ini juga berbahaya, kerana seseorang cenderung berasa bahawa ia sudah dekat kepada Allah sehingga segala permintaannya (tentang urusan duniawi) sentiasa dikabulkan.
Padahal jika mata hatinya berjaga-jaga, maka suara hakikat akan membisiki, “Kamu (duniawi) hanyalah batu ujian dan fitnah buatmu.”
Keindahan dan kesenangan duniawi merupakan sesuatu yang fana. Namun anehnya, banyak manusia yang terpedaya. Sehinggakan orang yang menempuh jalan ma‘rifat tergelincir langkah dalam menuju kepada Kebenaran.
Hendaknya hal yang demikian itu jangan sampai menimpa kita. Jangan sampai kita ditipu. Kalau sampai terjebak, maka tabir akan tetap menghalangi bagi kita dalam menuju ma‘rifat. Tabir-tabir itu boleh berupa syirik yang samar atau penghalang-penghalang lainnya.
Palingkanlah jiwa dari perkara-perkara kesenangan duniawi. Jadilah hamba yang dapat menjauhi musuh-musuh Allah. Jika kita sudah dapat berpaling dari kesibukan duniawi, membatasi diri dalam urusan dengan manusia yang tidak bermanfaat, maka akhirnya kita menjadi orang yang zuhud. Tetapi bukan bererti harus menolak rezeki Allah. Terimalah dan manfaatkanlah rezeki Allah untuk melapangkan jalan menuju kepadaNya.
Sumber: Ibn Ata’ Allah Al-Iskandari di dalam kitabnya Kitab al-Tanwir fi Isqat al-Tadbir:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment